[vd-breadcrumbs]

“Memperkuat Ikatan Budaya, Spiritualitas, dan Kemanusiaan Melalui Ritual Kenduri dan Festival Budaya”

visitcentraljava.com Dengan mengenakan pakaian adat khas Banyumasan, Husain dan sesepuh adat telah mencontohkan sebuah tradisi yang kaya akan makna dan kearifan lokal. Ritual kenduri yang dilaksanakan dengan penuh kekhidmatan, memanjatkan doa dan permohonan izin di depan makan keramat, menjadi bukti kecintaan mereka pada budaya dan agama yang dianut.

Pada momen yang sakral tersebut, nasi tumpeng menjadi lambang keselarasan antara manusia dan alam, menyatukan beragam elemen dalam satu kesatuan yang utuh. Melalui prosesi ini, terpancarlah semangat gotong royong dan kebersamaan yang melekat kuat dalam budaya Baturraden.

Dalam keheningan makam keramat, ratusan masyarakat yang berkumpul menyalurkan doa-doa mereka, memohon rahmat dan keselamatan bagi seluruh komunitas. Ini bukan sekadar ritual, tapi juga wujud kepercayaan akan kekuatan spiritual yang maha kuasa.

Kenduri ini bukan hanya sebuah acara makan bersama, namun juga momentum untuk memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan. Ketika tumpeng, takir, dan tenggel berlimpah di tenong-tenong, itu bukan hanya tentang makanan, tetapi juga tentang berbagi dan menyatu dalam kebahagiaan kolektif.

Dan ketika ritual berlanjut dengan pemotongan hewan kurban dan larungan tumpeng, itu adalah simbol pengorbanan dan kepedulian terhadap sesama. Tidak lupa, pelepasan burung dan ribuan benih ikan menjadi janji untuk merawat alam dan memperpanjang berkah yang telah diterima.

Gelar festival budaya “Grebeg Suran Baturraden” tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga panggung untuk memperlihatkan keindahan dan keberagaman budaya lokal. Dalam langkah yang diikuti dua belas desa pemangku pariwisata dan komunitas lainnya, kita saksikan kekayaan budaya yang menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang.

Jadi, mari kita sambut dan dukung tradisi ini, tidak hanya sebagai ajang hiburan semata, tetapi sebagai bentuk penghormatan dan pelestarian nilai-nilai luhur yang telah ditinggalkan nenek moyang kita. Dengan itu, kita merawat warisan budaya yang tak ternilai harganya, memperkaya kehidupan kita sendiri, serta memberikan warisan berharga bagi generasi mendatang.

Tri Andi Mulyandono

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *