Category: Kab. Kudus

  • Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam proses pembuatan dan penyajian Lentog Tanjung, seperti kebersamaan dan kekeluargaan.

    Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam proses pembuatan dan penyajian Lentog Tanjung, seperti kebersamaan dan kekeluargaan.

    visitcentraljava.com, Kudus, Potensi kuliner khas kudus Lentog Tanjung

    “Rasakan kehangatan dan kelezatan cita rasa lokal yang autentik dengan Resep Lentog Tanjung Khas Kudus! Saat kita berbicara tentang kuliner khas Kudus, tidak bisa dipungkiri bahwa lentog tanjung adalah salah satu ikon yang paling menggoda di lidah. Makanan ini bukan hanya sekadar sajian tradisional, tetapi juga sebuah warisan budaya yang telah menggoda selera generasi demi generasi.

    Lentog tanjung merupakan sajian yang memukau, dengan irisan lontong yang pulen, sayur gori atau nangka muda yang segar, serta lodeh tahu atau tempe yang lezat. Di setiap gigitannya, kita dapat merasakan harmoni cita rasa gurih dan manis yang disempurnakan dengan sentuhan pedas yang membangunkan selera. Semuanya disatukan dalam satu hidangan yang menggugah selera dan mengusir rindu akan kenikmatan kuliner tradisional.

    Aroma wangi santan yang melimpah, bumbu yang meresap hingga ke dalam setiap serat, dan sensasi tekstur lontong yang melumer di mulut adalah pengalaman kuliner yang tidak akan terlupakan. Bahkan hanya dengan mendengar namanya saja, lentog tanjung sudah berhasil mengundang rasa penasaran dan keinginan untuk mencicipinya.

    Kudus, sebuah kota yang kaya akan sejarah dan budaya, menyajikan lentog tanjung sebagai simbol kearifan lokal dan kekayaan kuliner yang memikat. Setiap hidangan lentog tanjung tidak hanya memuaskan selera, tetapi juga membawa kita untuk menghargai warisan nenek moyang yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

    Dengan Resep Lentog Tanjung Khas Kudus ini, Anda tidak hanya bisa menciptakan hidangan yang lezat di rumah, tetapi juga bisa merasakan kedekatan dengan sejarah dan budaya kota Kudus. Anda bisa mempersembahkan hidangan ini sebagai wujud penghargaan terhadap kekayaan kuliner lokal, dan sebagai ajang untuk mengajarkan nilai-nilai tradisional kepada generasi mendatang.

    Mari bersama-sama menjaga dan mempromosikan kekayaan kuliner lokal kita, agar tidak hanya tetap lestari, tetapi juga terus menjadi sumber inspirasi bagi kita semua. Jadikan setiap hidangan lentog tanjung sebagai momen untuk merayakan keindahan kebudayaan lokal, dan jadikan setiap suapan sebagai pengalaman yang membangkitkan kebanggaan akan warisan nenek moyang kita.”

  • “Tersembunyi di Keindahan: Menjelajahi Air Terjun Kali Banteng di Lereng Gunung Muria”

    “Tersembunyi di Keindahan: Menjelajahi Air Terjun Kali Banteng di Lereng Gunung Muria”

    visitcentraljava.com Jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati keindahan alam yang memukau di Air Terjun Kali Banteng! Terletak di lereng Gunung Muria, tempat ini menawarkan pesona alam yang tak terlupakan. Diapit oleh bukit-bukit hijau dan pepohonan yang memberikan teduhan, suasana di sekitarnya semakin mempesona. Apalagi, keunikan dua tingkat air terjun ini memungkinkan pengunjung untuk menikmati berenang atau sekadar berendam, memberikan pengalaman yang menyegarkan.

    Tak hanya kecantikan alamnya, tetapi lokasi yang mudah dijangkau di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah membuatnya menjadi pilihan liburan yang ideal. Jam operasional yang luas dari pukul 08.00 hingga 17.00 WIB memberi fleksibilitas bagi para pengunjung untuk menikmati waktu mereka tanpa terburu-buru.

    Dengan harga tiket yang terjangkau, hanya Rp5 ribu saja, Air Terjun Kali Banteng adalah destinasi yang cocok untuk dikunjungi bersama keluarga atau teman-teman. Jadi, jangan ragu untuk merencanakan perjalanan Anda dan jadikan momen istimewa di bawah gemuruh air terjun yang menakjubkan ini!

  • “Pagi yang Cerah, Sentuhan Kenikmatan dengan Lentog Tanjung di Kabupaten Kudus”

    “Pagi yang Cerah, Sentuhan Kenikmatan dengan Lentog Tanjung di Kabupaten Kudus”

    visitcentraljava.com “Selamat Pagi di Kabupaten Kudus, Tempat di Mana Lentog Tanjung Menjadi Pilihan Sarapan yang Tidak Bisa Kamu Lewatkan! Lentog Tanjung, sebuah sajian khas yang sulit ditemui di luar wilayah ini, menjadi jawaban untuk memberikan sentuhan istimewa pada pagi harimu. Sebagai menu sarapan yang populer, cita rasanya yang khas akan memberikanmu suntikan semangat yang tak terlupakan untuk memulai hari.Sentra penjualan Lentog Tanjung yang terletak di sebelah utara simpang lima Jalan Lingkar Tanjungkarang menjadi destinasi utama bagi para pencinta kuliner. Di sinilah kamu bisa menemukan kelezatan autentik Lentog Tanjung yang diolah dengan keahlian khusus. Dengan campuran bahan-bahan berkualitas, sajian ini memberikan pengalaman kuliner yang unik dan memikat.Jadi, jika kamu berada di Kabupaten Kudus, jangan lewatkan kesempatan untuk merasakan kelezatan Lentog Tanjung. Bangun pagimu dengan kenikmatan yang hanya bisa kamu temui di sini dan buat setiap hari menjadi lebih istimewa!”

  • Harmoni Alam dan Budaya: Desa Wisata Rahtawu,Menyatu dengan Keindahan Lereng Gunung Muria

    Harmoni Alam dan Budaya: Desa Wisata Rahtawu,Menyatu dengan Keindahan Lereng Gunung Muria

    visitcentraljava.com “Desa Wisata Rahtawu, yang terletak di lereng Gunung Muria, adalah destinasi wisata yang sempurna untuk mengisi libur panjang Anda. Dengan keindahan alam yang memukau, desa ini telah menjadi pilihan utama para wisatawan yang menghargai keasrian dan kekayaan alam. Saat Anda berkunjung, Anda akan disambut oleh pesona hamparan sawah terasering yang hijau, udara segar yang memeluk, dan keindahan alam yang tak terlukiskan.

    Desa Wisata Rahtawu menawarkan berbagai tempat wisata alam yang menakjubkan. Mulai dari trekking menyusuri lereng Gunung Muria yang menantang, hingga menikmati keindahan air terjun yang menyejukkan. Anda juga dapat mengeksplorasi kehidupan pedesaan yang autentik, berinteraksi dengan penduduk setempat, dan menyaksikan keunikan budaya mereka.

    Liburan panjang Anda di Desa Wisata Rahtawu akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Desa ini bukan hanya sekadar tempat untuk berlibur, tetapi juga peluang untuk merenung, bersatu dengan alam, dan meresapi ketenangan. Pilihlah Desa Wisata Rahtawu sebagai destinasi liburan Anda, dan rasakan keajaiban alam yang memperkaya jiwa dan memberikan kesan mendalam. Bergabunglah dengan ribuan wisatawan yang telah menemukan pesona luar biasa di setiap sudut desa ini. Rahtawu, di lereng Gunung Muria, menunggu untuk menyambut Anda dengan hangat dan keindahan alam yang tiada tara.”

  • Lentog Tanjung

    Lentog Tanjung

    Lentog Tanjung adalah makanan khas Kabupaten Kudus yang jarang ditemui di luar daerah asalnya. Lentog yang berarti lontong dan Tanjung yang berarti desa Tanjungkarang daerah asal makanan ini.

    Kuliner ini banyak di cari sebagai sajian sarapan. Di Kabupaten Kudus terdapat sentra penjualan Lentog Tanjung yaitu di sebelah Utara simpang lima jalan lingkar Tanjungkarang.

    Setiap hari libur kawasan tersebut dipadati pengunjung yang tidak hanya dari Kudus tetapi juga dari luar kota. Makanan ini hanya terdiri dati lontong yang diiris kecil-kecil, lodeh tahu, dan sayur nangka muda yang ditambah dengan sambal cair.

    Selain jarang ditemui di luar Kudus, keunikan makanan ini ada pada lontongnya yang besarnya hampir sebesar paha orang dewasa.

  • Garang Asam Ayam

    Garang Asam Ayam

    Makanan ini punya embanan sejarah, di mana dulu dianggap mewah karena hanya bisa dinikmati orang-orang kaya. Penyajiannya pun hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu.

    Sekarang, kamu bisa menemukan beberapa tempat makan di Kudus yang menyajikan garang asam ayam. Coba sajian ini untuk merasakan cita rasa makanan bangsawan

  • Soto Kudus

    Soto Kudus

    visitcentraljava.com – Semua bangunan memiliki sejarah, corak dan maknanya tersendiri dari apa yang disimbolkan. Terlebuh masjid bersejarah. Dalam setiap bentuknya menunjukkan makna tersendiri, yang melambangkan peristiwa dan maksud tertentu.  

    Misalnya berdirinya Masjid Menara Kudus atau Masjid Kudus tidak lepas dari pengaruh penyebaran Islam yang dilakukan oleh para pedagang dari Arab maupun Gujarat. Penyebaran Islam di Indonesia dibawa langsung oleh Wali Songo, salah satunya Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus.

    Masjid Menara Kudus ini sangat berperan besar sekaligus menjadi simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Masjid yang memiliki desain unik percampuran antara corak Hindu dan Islam ini terletak di Kudus, Jawa Tengah.

    Percampuran kedua corak agama tersebut tidak lepas dari kerajaan-kerajaan yang berkuasa sebelum Islam yang dibawa oleh para sunan. Selain itu, di Indonesia, khususnya Jawa, peninggalan dari kebudayaan Hindu dan Buddha masih banyak dijumpai pada saat itu seperti, candi dan pura.

    Masjid yang didirikan oleh Sunan Kudus—pada 1549 M—ini merupakan strateginya dalam menyiarkan Islam di Jawa. Hal ini dikarenakan, sebelumnya ia meruntuhkan kerajaan Majapahit. Cara tersebut merupakan strategi agar masyarakat lokal dengan mudah menerima Islam.

    Lebuh lanjut, dakwah yang digunakan Sunan Kudus selain merombak halaman Masjid Kudus dengan menambahkan corak Agama Hindu, ia juga memerintahkan masyarakat supaya tidak menyembelih lembu. Hal tersebut dilakukan karena masyarakat Hindu menganggap bahwa sapi dan lembu merupakan binatang suci.

    Dari segi arsitektur, Masjid Menara Kudus ini dibangun di atas tanah seluas sekitar 5.000 persegi dan dikelilingi tembok pembatas antara masjid dan tempat pemukiman warga. Di depan masjid juga terdapat gapura paraduksa atau yang lebih sering disebut lawang kembar.

    Menukil dari laman resmi Sistem Informasi Masjid Kementerian Agama atau Simas Kemenag, simas.kemenag.go.id, Menara Masjid Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah.

    Dari 32 buah lukisan tersebut dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang.

    Sedangkan untuk Menara pada masjid ini dihiasi dengan lukisan-lukisan menyerupai bukit kecil. Untuk kaki-kaki dan badan pada Menara masjid dibangun dan juga terdapat ukiran-ukiran yang bercorak Jawa-Hindu. Teknik konstruksi tradisional Jawa dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan dengan kayu jati dan dua tumpuk atap tajug.Masjid Menara Kudus diperluas pada 1918 namun tidak meninggalkan kekhasannya tersebut. Masjid ini juga menjadi simbol alkulturasi apik yang dilakukan oleh Sunan Kudus