Category: Pantura Timur

  • “Udara Yoga – Menyatu dengan Kesejukan Alam dan Kelembutan Tradisi Desa”

    “Udara Yoga – Menyatu dengan Kesejukan Alam dan Kelembutan Tradisi Desa”

    visitsentraljava.com “Selamat datang di Udara Yoga, surga tersembunyi di Dusun Jokosari, Ngabul, Jepara, Jawa Tengah! Jika Anda telah merindukan keajaiban eksotis ala Bali, tak perlu pergi jauh-jauh. Udara Yoga hadir sebagai destinasi wisata yang memadukan keindahan alam dengan konsep desa wisata yang memukau, memberikan pengalaman serupa tanpa meninggalkan Jawa Tengah.

    Berdiri dengan megah sejak Januari 2018, Udara Yoga menjadi perpaduan harmonis antara keasrian desa dan ketenangan alam. Dengan ciri khas arsitektur yang memikat, Anda akan segera merasakan magisnya suasana perkampungan ala Bali begitu melangkah ke dalamnya. Desa wisata ini dirancang untuk memberikan pengunjung pengalaman yang mendalam tentang kehidupan desa, sambil tetap mempertahankan pesona dan kekayaan budaya lokal.

    Berlokasi di Ngabul, Jepara, Udara Yoga menawarkan panorama alam yang memukau. Dikelilingi oleh kehijauan sawah dan pepohonan yang rindang, tempat ini menjadi tempat yang tepat untuk melupakan keramaian perkotaan dan menciptakan kenangan indah bersama keluarga atau teman-teman. Setiap sudutnya dirancang dengan teliti untuk memanjakan mata dan menenangkan jiwa, menciptakan suasana yang mengundang kedamaian dan ketenangan.

    Salah satu daya tarik utama Udara Yoga adalah keberagaman aktivitas yang ditawarkan. Mulai dari workshop yoga yang diselenggarakan di tengah keindahan alam, hingga kegiatan pertanian dan pengolahan hasil bumi, pengunjung diajak untuk terlibat langsung dalam kehidupan desa. Ini bukan hanya sekadar liburan, melainkan pengalaman hidup yang memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan pedesaan.

    Tak hanya itu, Udara Yoga juga menawarkan penginapan dengan konsep tradisional yang modern. Berbagai jenis penginapan, mulai dari rumah joglo hingga pondok alami, siap menyambut pengunjung dengan kenyamanan luar biasa. Menikmati matahari terbenam di atas puncak bukit atau meresapi keheningan malam di bawah bintang-bintang, menjadi momen tak terlupakan yang dapat Anda nikmati di Udara Yoga.

    Bagi para pecinta kuliner, Udara Yoga tak kalah menarik. Desa ini menyajikan berbagai hidangan lokal yang autentik, disiapkan dengan bahan-bahan segar dari sekitar desa. Nikmatilah sajian lezat yang disajikan dengan ramah oleh penduduk setempat, sehingga Anda dapat merasakan kehangatan dan keramahan bumi Jepara.

    Jadi, jika Anda tengah mencari pengalaman liburan yang lebih dari sekadar destinasi wisata biasa, Udara Yoga adalah pilihan yang sempurna. Temukan keajaiban desa ala Bali di Jepara, Jawa Tengah. Rasakan kehangatan matahari, nikmati keindahan alam, dan temukan kedamaian yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Udara Yoga, tempat di mana petualangan berpadu dengan kearifan lokal, menunggu untuk mengisi kenangan Anda dengan keindahan dan makna yang mendalam.”

  • Lentog Tanjung

    Lentog Tanjung

    Lentog Tanjung adalah makanan khas Kabupaten Kudus yang jarang ditemui di luar daerah asalnya. Lentog yang berarti lontong dan Tanjung yang berarti desa Tanjungkarang daerah asal makanan ini.

    Kuliner ini banyak di cari sebagai sajian sarapan. Di Kabupaten Kudus terdapat sentra penjualan Lentog Tanjung yaitu di sebelah Utara simpang lima jalan lingkar Tanjungkarang.

    Setiap hari libur kawasan tersebut dipadati pengunjung yang tidak hanya dari Kudus tetapi juga dari luar kota. Makanan ini hanya terdiri dati lontong yang diiris kecil-kecil, lodeh tahu, dan sayur nangka muda yang ditambah dengan sambal cair.

    Selain jarang ditemui di luar Kudus, keunikan makanan ini ada pada lontongnya yang besarnya hampir sebesar paha orang dewasa.

  • Garang Asam Ayam

    Garang Asam Ayam

    Makanan ini punya embanan sejarah, di mana dulu dianggap mewah karena hanya bisa dinikmati orang-orang kaya. Penyajiannya pun hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu.

    Sekarang, kamu bisa menemukan beberapa tempat makan di Kudus yang menyajikan garang asam ayam. Coba sajian ini untuk merasakan cita rasa makanan bangsawan

  • Soto Kudus

    Soto Kudus

    visitcentraljava.com – Semua bangunan memiliki sejarah, corak dan maknanya tersendiri dari apa yang disimbolkan. Terlebuh masjid bersejarah. Dalam setiap bentuknya menunjukkan makna tersendiri, yang melambangkan peristiwa dan maksud tertentu.  

    Misalnya berdirinya Masjid Menara Kudus atau Masjid Kudus tidak lepas dari pengaruh penyebaran Islam yang dilakukan oleh para pedagang dari Arab maupun Gujarat. Penyebaran Islam di Indonesia dibawa langsung oleh Wali Songo, salah satunya Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus.

    Masjid Menara Kudus ini sangat berperan besar sekaligus menjadi simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Masjid yang memiliki desain unik percampuran antara corak Hindu dan Islam ini terletak di Kudus, Jawa Tengah.

    Percampuran kedua corak agama tersebut tidak lepas dari kerajaan-kerajaan yang berkuasa sebelum Islam yang dibawa oleh para sunan. Selain itu, di Indonesia, khususnya Jawa, peninggalan dari kebudayaan Hindu dan Buddha masih banyak dijumpai pada saat itu seperti, candi dan pura.

    Masjid yang didirikan oleh Sunan Kudus—pada 1549 M—ini merupakan strateginya dalam menyiarkan Islam di Jawa. Hal ini dikarenakan, sebelumnya ia meruntuhkan kerajaan Majapahit. Cara tersebut merupakan strategi agar masyarakat lokal dengan mudah menerima Islam.

    Lebuh lanjut, dakwah yang digunakan Sunan Kudus selain merombak halaman Masjid Kudus dengan menambahkan corak Agama Hindu, ia juga memerintahkan masyarakat supaya tidak menyembelih lembu. Hal tersebut dilakukan karena masyarakat Hindu menganggap bahwa sapi dan lembu merupakan binatang suci.

    Dari segi arsitektur, Masjid Menara Kudus ini dibangun di atas tanah seluas sekitar 5.000 persegi dan dikelilingi tembok pembatas antara masjid dan tempat pemukiman warga. Di depan masjid juga terdapat gapura paraduksa atau yang lebih sering disebut lawang kembar.

    Menukil dari laman resmi Sistem Informasi Masjid Kementerian Agama atau Simas Kemenag, simas.kemenag.go.id, Menara Masjid Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah.

    Dari 32 buah lukisan tersebut dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang.

    Sedangkan untuk Menara pada masjid ini dihiasi dengan lukisan-lukisan menyerupai bukit kecil. Untuk kaki-kaki dan badan pada Menara masjid dibangun dan juga terdapat ukiran-ukiran yang bercorak Jawa-Hindu. Teknik konstruksi tradisional Jawa dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan dengan kayu jati dan dua tumpuk atap tajug.Masjid Menara Kudus diperluas pada 1918 namun tidak meninggalkan kekhasannya tersebut. Masjid ini juga menjadi simbol alkulturasi apik yang dilakukan oleh Sunan Kudus